MEDIABERITANASIONAL – Beberapa waktu yang lalu, Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan Indonesia telah mengatakan tentang kemungkinan resesi ekonomi yang terjadi di tahun 2023 ini. Dimana resesi 2023 Indonesia diakibatkan oleh inflasi yang tinggi dan suku bunga acuan yang mengalami kenaikan di tengah tingginya harga energi dan pangan.

Diperparah dengan keadaan ekonomi global yang makin gelap gulita. Bahkan negara maju dan berkembang seperti Inggris pun sangat terpukul oleh badai resesi ini. Inflasi makin tinggi, fenomena strong dollar, krisis pangan, disrupsi rantai pasok global, tingginya volatilitas harga komoditas, kenaikan suku bunga secara agresif ditambah perang Ukraina – Rusia yang tak kunjung usai makin memperparah keadaan. Hai ini membuat semua pemimpin negara di dunia menyalakan alarm bahaya.
Salah satu lembaga internasional, International Monetary Fund ( IMF ) memperkirakan setidaknya 31 negara akan terseret ke jurang resesi. Ini merepresentasikan sekitar sepertiga dari total pendapatan domestik bruto ( PDB ) dunia. Sedangkan lembaga internasional lainnya, Organisation for Economic Co-operation and Development ( OECD ) melaporkan bahwa perekonomian global menghadapi tantangan yang semakin berat. Pertumbuhan ekonomi dunia telah kehilangan momentum, terbukti dari inflasi yang terus meningkat, melemahnya kepercayaan konsumen, dan ketidakpastian yang semakin tinggi.

Bagaimana Dengan Indonesia ?
Untungnya di Indonesia sendiri, perekonomian Indonesia di kuartal II 2022 masih bisa tumbuh dengan baik dan tertinggi di antara negara-negara ASEAN dan G-20. Di tengah mulai melandainya badai Covid – 19, pemulihan yang makin baik dari segala sisi baik permintaan seperti konsumsi, investasi, dan ekspor maupun dari sisi produksi, yaitu manufaktur, perdagangan, dan konstruksi.
Tapi Presiden Indonesia, Jokowi disaat acara Pengarahan Presiden kepada seluruh Menteri / Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pangdam dan Kapolda pada hari Jumat ( 30/09/2022 ) mengingatkan ” Hati-hati ketidakpastian ini, mengenai ketidakpastian ini, dan tiap hari kita selalu diingatkan dan kalau kita baca baik di media sosial dan di media cetak, di media online semuanya mengenai resesi global, tahun ini sulit dan tahun depan sekali lagi saya sampaikan akan gelap, dan kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa tidak bisa dikalkulasi.”
IMF telah memperkirakan perekonomian Indonesia memang akan lebih lambat di tahun 2023 ini yaitu sekitar 5 %. Lebih lambat dari kuarta II 2022 di kisaran 5,3 %. Sedangkan menurut Joanne Goh, Regional Equity Strategist DBS, Indonesia merupakan negara dengan ekonomi yang berorientasi domestik. “Untuk Indonesia, karena ekonomi berorientasi domestik, kami melihat risiko resesi dibandingkan dengan beberapa pasar ekspor eksternal lainnya akan cukup rendah. ” .
Di kesempatan yang berbeda, Kepala Ekonom World Bank untuk Indonesia dan Timor-Leste Habib Rab menyampaikan bahwa ekonomi Indonesia pada 2023 diproyeksikan tetap tumbuh sebesar 4,8 persen, memang lebih lambat timbang tahun 2022 yang tumbuh sebesar 5,2 %. Sedangkan untuk tingkat inflasi Indonesia pada 2023 akan tetap berada di atas target sasaran Bank Indonesia, sekitar 2 – 4 % yaitu mencapai 4,5 %.
Sri Mulyani mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah menyiapkan beberapa langkah kebijakan untuk mengantisipasi hal terburuk yang terjadi. Diantaranya dengan mengidentifikasi pusat-pusat atau tren baru dari pertumbuhan ekonomi yang berasal dari beberapa hal. Pertama, sisi pola hidup normal baru sesudah pandemi, terutama berbasis kesehatan. Kedua, reformasi di bidang investasi dan perdagangan. Transformasi di sektor manufaktur baik itu industri mesin, elektronik, alat komunikasi, kimia, maupun hilirisasi mineral.
Semoga seluruh sendi kehidupan dan lapisan masyarakat Indonesia tidak begitu merasakan dampak dari Resesi ini.
( MBN / ASL )