
Mediaberitanasional - Pada tanggal 20 Oktober 2021 nanti, umat muslim akan merayakan peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Banyak tradisi dan perayaan - perayaan yang akan dikerjakan oleh umat muslim di Indonesia untuk mengagungkan Sang Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW.
Maulid Nabi merupakan peringatan hari lahir Nabi Muhammad yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Adapun dasar dalil peringatan Maulid yang dipakai adalah dalil syar’i dari Al-Qur’an. Di antaranya adalah firman Allah SWT dalam QS Yunus Ayat 58:
" Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya ( Nabi Muhammad SAW ) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira ".
Berdasarkan firman Allah SWT pada Surat Yunus Ayat 58 tersebut, bergembira dengan dengan adanya Nabi Muhammad SAW ini dianjurkan menurut Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani. Diceritakan dalam kitab Fathul Bari karangan al- Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani, Abu Lahab mendapatkan keringanan siksa setiap hari senin karena dirinya gembira atas kelahiran Rasulullah SAW.
Sedangkan sejarah awal mula perayaan Maulid Nabi ada beberapa versi antara lain :
1. Menurut Al - Maqrizy dalam kitabnya yang berjudul al Khathat,
Perayaan Maulid dimulai ketika zaman Daulah Fatimiyah Syiah di Mesir. Mereka membuat banyak acara perayaan Maulid, seperti Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Maulid 'Ali bin Abi Thalib, Maulid Fatimah binti 'Ali, hingga Maulid Hasan bin 'Ali dan Husain bin 'Ali. Bani Fatimiyah ini berkuasa sekitar abad 4 H. Dan pada zaman Fatimiyah inilah muncul kalangan Ulama seperti Tajuddin al Fakihani dan as Sakhawi, murid Imam Nawawi yang berfatwa bahwa perayaan Maulid adalah bid'ah tercela.
2. Sultan Al - Muzhaffar , Raja Irbil ( Irak )
Para ahli sejarah, seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al - Jauzi, Ibn Kathir, Al - Hafizh Al - Sakhawi, Al - Hafizh Al-Suyuthi dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Raja Irbil ( sekarang Irak ) bernama Muzhaffaruddin Al - Kaukabri ( Sultan Al - Muzhaffar ) pada awal abad ke 7 Hijriyah.
Dalam kitab Tarikh, Ibn Katsir berkata:
"Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal. Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil – semoga Allah merahmatinya."
Kemudian, Sibth ( cucu ) Ibn Al-Jauzi menjelaskan tentang peringatan tersebut Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama. Ulama yang hadir adalah para ahli dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya.
Sultan Al-Muzhaffar telah melakukan berbagai persiapan sejak tiga hari sebelum peringatan Maulid Nabi. Dia menghidangkan ribuan kambing dan unta kepada hadirin yang ikut memperingati Maulid Nabi. Sebagian ulama saat itu membenarkan dan menyetujui tindakan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut.
Mereka beranggapan Maulid Nabi baik untuk diperingati dengan cara bersedekah seperti itu.
3. Sultan Salahuddin Al-Ayyubi
Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada masa Perang Salib.
Usul perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sempat mendapat penolakan dari para ulama, karena dinilai tak sesuai ajaran Islam. Sultan kemudian menjelaskan, perayaan hanya bersifat syiar keagamaan bukan ritual. Perayaan juga bukan sekadar peringatan ulang tahun.
Setelah mendengar alasan ini, Khalifah An - Nashir di Bagdad menyetujui usul sang sultan. Selanjutnya di musim haji 1183 Masehi, sang sultan meminta para jamaah menyiarkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di negara asalnya pada 12 Rabiul Awal.
Perayaan Peringatan Maulid Nabi di Indonesia
Di Indonesia sendiri, perayaan Maulid Nabi diawali oleh para Wali Songo, penyebar agama Islam di tanah Jawa. Adapun cara yang dilakukan masyarakat Muslim di Indonesia berbeda - beda. Namun pada umumnya mengadakan perayaan - perayaan keagamaan seperti pengajian ceramah, pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian.
Di tanah Jawa sesuai dengan penanggalan Jawa, bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud, sehingga acaranya disebut juga acara Muludan. Muludan di Jawa juga dirayakan dengan berbagai cara seperti permainan gamelan Sekaten serta tradisi endhog - endhogan yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa - Using di Banyuwangi, Jawa Timur.
Sedangkan Nilai yang diperoleh dari Peringatan Maulid Nabi menurut Kementrian Agama Republik Indonesia yang dikutip dari Kemenkumham.go.id, adalah :
1. Nilai spiritual
Menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad.
Ekspresi kegembiraan dalam perayaan tersebut merupakan ceriminan penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad merupakan sosok Nabi yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Sehingga, umat Islam wajib meneladani sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad. Dengan mengingat Maulid Nabi, maka hati akan tergerak mengucap shalawat Nabi dan amalan-amalan lain.
2. Nilai moral
Menyimak akhlak terpuji dari Nabi Muhammad SAW.
Adapun akhlak terpuji itu merupakan ajaran moral yang baik untuk seluruh umat manusia. Kemudian, diharapkan umat manusia dapat mempraktikan sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, nasihat dan pengarahan dari para ulama dalam perayaan Maulid Nabi juga dapat menjadi tuntunan dan bimbingan agama.
3. Nilai sosial
Terjalinnya hubungan yang baik antar manusia.
Hubungan tersebut menggambarkan kerukunan umat Islam dalam membantu sesama. Terutama bagi orang yang menyediakan hidangan dan jamuan bagi para tamu dari golongan fakir miskin. Maulid Nabi bisa menjadi tradisi untuk mensyukuri rahmat Allah yang diberikan melalui perayaan Maulid Nabi.
4. Nilai persatuan
Menggambarkan persatuan umat Islam dalam memperingati Maulid Nabi.
Umat Islam bersatu dalam suasana suka cita menyambut peringatan kelahiran Nabi Muhammad. Selain itu, Maulid Nabi juga mengingatkan tentang perayaan Maulid Nabi pada masa Perang Salib yang dapat mempersatukan kekuatan dan kebersamaan para pejuang Islam.
( MBN/KMP )